Penulis: Fajar Elmy Nuriyah
Maju atau tidaknya negara salah satunya
dilihat dari bagaimana kualitas pendidikan negara tersebut. Saat ini pendidikan
di Indonesia menggunakan kurikulum 2013. Tujuan dari kurikulum 2013 tersebut
adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia (Lampiran Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang
Kurikulum SMA-MA). Dalam kurikulum 2013 semua
mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan (Kemendikbud, 2013: 13).
Saat ini kesadaran masyarakat akan
pendidikan sangat tinggi sehingga muncul banyak lembaga pendidikan, baik
pendidikan formal maupun non-formal. Munculnya pendidikan formal adalah dengan
munculnya sekolah-sekolah swasta, dari jenjang SD sederajat sampai jenjang SMA
sederajat. Sedangkan munculnya pendidikan non-formal adalah munculnya lembaga
pelatihan, kursus, maupun lembaga bimbingan belajar (bimbel). Banyaknya bimbel
bahkan ibarat peribahasa "tumbuhnya jamur di musim penghujan", muncul
dalam jumlah banyak. Bahkan muncul juga bimbel yang sifatnya "menjamin
pasti lolos" untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Bahkan siswa
dari luar kota dan luar pulau rela datang ke daerah yang terdapat bimbel yang
menjamin siswanya pasti lolos dengan biaya yang tidak sedikit. Yang menjadi
pertanyaan adalah apa penyebab dibalik menjamurnya bimbel di Indonesia? Apakah
karena kualitasnya yang bagus atau sistem pembelajarannya yang bagus? Atau
adakah penyebab lain yang menyebabkan bimbel tumbuh menjamur?
Sebagian besar bimbel menerapkan sistem
mengutamakan pelayanan dan kepuasan siswa. Hal yang mendasar adalah mereka
membatasi jumlah siswa per kelas (biasanya maksimal 25 siswa). Hal ini dilakukan
agar pengajar mampu membimbing dengan detail dan setiap siswa mudah paham. Hal
itu yang menjadi salah satu penyebab menjamurnya bimbel di Indonesia. Akan
tetapi, sistem pembelajaran yang diterapkan oleh sebagian besar bimbel adalah
trik cepat. "Kenapa harus pakai cara panjang lebar kalau trik cepat bisa?"
Itulah kalimat yang sering dijadikan iming-iming bimbel kepada siswa. Hal ini
didukung oleh siswa yang malas berpikir apalagi menggunakan cara yang panjang
yang menurut mereka menghabiskan waktu. Kelebihan lain dari bimbel adalah siswa
berhak memilih pengajar yang diinginkan. Pengajar yang dipilih siswa akan
mendapatkan jadwal yang lebih banyak yang otomatis penghasilannya akan lebih
banyak. Pengajar yang diinginkan berdasarkan professional atau tidaknya, metode
penyampain materi, supel atau tidaknya pengajar, dan jelas atau tidaknya pengajar
tersebut dalam menjelaska. Pengajar yang supel dengan siswa lebih banyak
dipilih karena siswa merasa lebih nyaman. Sedangkan pengajar yang tidak supel,
tidak jelas dalam menyampaikan materi, dan tidak professional akan mendapat
jadwal yang lebih sedikit sehingga penghasilan pengajar tersebut lebih sedikit.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang menginginkan penghasilan yang cukup.
Oleh karena itu, sistem bimbel ini memungkinkan setiap pengajar berlomba-lomba
menjadi pengajar yang professional, menyenangkan, dan memastikan bahwa setiap
siswa paham.
Mengapa banyak siswa, bahkan bisa
dikatakan sebagian besar siswa, memilih untuk mengikuti bimbel? Padahal orang
tua siswa harus mengeluarkan uang yang jumlahnya tidak sedikit. Hal ini
dikarenakan orang tua siswa menginginkan anaknya memiliki prestasi yang tinggi
dan nilai yang bagus. Akan tetapi kenyataannya, prestasi siswa kurang baik dan
nilai yang dicapai juga tidak sesuai dengan harapan. Apakah yang menjadi
penyebabnya? Ketidakpuasan siswa akan proses pembelajaran di sekolah menyebabkan siswa tidak paham dengan materi
yang diajarakan. Hal inilah yang menyebabkan nilai siswa tidak sesuai harapan. Padahal
seharusnya jika pembelajaran dilaksanakan dengan metode pembelajaran yang
menyenangkan, rasa tanggung jawab guru sebagai pendidik agar siswa paham, dan
setiap siswa dipastikan paham, hasilnya tidak akan jauh dari harapan siswa dan
orang tua siswa. Rasa tidak puas inilah yang menyebabkan siswa dan orang tua
siswa memilih untuk mendaftarkan anaknya agar mengikuti bimbel yang diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar anaknya. Proses pembelajaran di bimbingan belajar
yang hanya 2-3 kali setiap minggunya seolah-seolah lebih berhasil dibandingkan
dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan 5-6 hari setiap minggunya di
sekolah.
Selain munculnya dampak positif, muncul juga
dampak negative akibat adanya bimbel. Dampak positif yang muncul adalah proses
pembelajaran di sekolah didukung dengan proses pembelajaran di bimbel
diharapkan dapat menunjang prestasi siswa lebih baik. Sedangkan beberapa dampak
negatif yang muncul adalah:
- Siswa yang merasa terforsir energinya karena waktu belajar yang lebih banyak dari biasanya. Waktu untuk belajar dalam proses pembelajaran di sekolah dan bimbel yang sangat lama, menyebabkan siswa merasa cepat lelah dan kurang konsentrasi pada pembelajaran selanjutnya di sekolah dan berdampak kurang baik bagi pemahaman siswa.
- Siswa "kecanduan" dengan cara praktis tanpa konsep dan trik cepat ala bimbel. Cara praktis memang tidak bisa dipungkiri lebih menarik bagi siswa. Hal ini karena siswa tidak perlu berpikir konsep dan tidak perlu mengerjakan dengan cara yang panjang Padahal suatu mata pelajaran selalu diawali dari konsep dasar yang kemudian secara terstruktur mengarah kepada masalah dan materi yang sedang dibahas. Setiap materi harus dimulai dengan konsep dasar agar pemikiran siswa lebih terstruktur, lebih mudah paham, dan lebih mudah memahami materi lain yang menggunakan konsep dasar tersebut. Trik cepat dan cara praktis ala bimbel, selain menyebabkan siswa kecanduan dan "malas" menggunakan konsep dasar, siswa juga menjadi berkurang rasa penghargaannya terhadap proses, menjadi kurang terampil, dan kurang bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai pelajar yang tugasnya adalah belajar secara menyeluruh, bukan belajar trik cepat dan cara praktis ala bimbel. Budaya siswa yang kurang menghargai proses, kurang terampil, dan kurang bertanggung jawab tersebut tidak senada dengan tujuan kurikulum 2013 dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini dapat menyebabkan kualitas generasi penerus bangsa menjadi kurang baik, karena seolah-olah semuanya cukup menggunakan cara praktis dan cepat.
Lalu
bagaimana solusi dari masalah yang sudah dibahas dalam tulisan ini? Banyak cara
yang harus saling berkesinambungan dengan baik agar masalah tersebut dapat
diatasi, antara lain:
- Meningkatkan kemampuan dan kreatifitas guru dalam proses pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan melaksanakan diklat bagi guru dengan mempelajari metode penyampaian materi yang inovatif dan tidak membosankan. Dampak positif lain dari diklat tersebut adalah memberikan ruang bagi guru untuk saling tukar pikiran dan ide bagaimana melaksanakan proses pembelajaran dengan lebih baik.
- Menerapkan sistem pengawasan bagi guru dengan mengadopsi sistem bimbel. Pengawasan yang dilakukan bukan hanya pengawasan dari pihak dinas ataupun pemerintah. Pengawasan tersebut juga dapat dilakukan oleh orang tua siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem Four Steps Conversation (FSC). Proses dari sistem ini adalah siswa menceritakan hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran kepada orang tua. Misalnya, guru yang tidak bertanggung jawab dalam proses pembelajaran, tidak paham dengan materi yang diajarkan di sekolah, dan lain-lain. Kemudian orang tua siswa menyampaikan kepada pemerintah mengenai hal tersebut. Dalam hal ini pemerintah harus menyediakan ruang bagi orang tua siswa untuk menyampaikan keluhan dan masalah yang terjadi, misalnya dengan menyediakan ruang aduan di website kemdikbud. Setelah aduan tersebut masuk, pemerintah dapat mengomunikasikan dengan dinas pendidikan setempat mengenai kinerja guru yang bersangkutan agar kinerjanya diawasi oleh dinas pendidikan setempat dan mendapatkan peringatan baik secara lisan maupun tertulis. Setelah guru yang bersangkutan mendapatkan peringatan, guru tersebut diberikan kesempatan untuk memperbaiki kinerjanya. Jika kinerja guru tersebut membaik, maka guru tersebut tetap ditempatkan di sekolah tersebut dan tidak mengalami penurunan gaji. Namun jika kinerja guru tersebut tidak membaik, maka guru tersebut dapat dipindahtugaskan ke daerah lain dan mengalami penurunan gaji. Hal ini dapat mendorong guru untuk menjadi guru yang professional dan bertanggung jawab terhadap siswa-siswanya. Jika hal ini berkesinambungan dengan baik dan setiap pihak bertanggung jawab terhadap kewajibannya (guru bertanggung jawab terhadap tugasnya mendidik dan siswa bertanggung jawab terhadap tugasnya belajar), pendidikan di Indonesia dapat maju dan dapat membentuk karakter generasi penerus yang bertanggung jawab dan menghargai proses yang akan berdampak terhadap kemajuan negara.
Referensi:
Kemendikbud. (2013). Lampiran Permendikbud No. 69
Tahun 2013 tentang Kurikulum SMA-MA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
Kemendikbud. (2013).
Pengembangan Kurikulum 2013. Prosiding,
Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Best Casinos in Las Vegas, NV - MapYRO
ReplyDeleteThe best casino in Las Vegas, NV. Check our list 아산 출장안마 of 계룡 출장샵 all Casinos in Las Vegas, NV. Top 10 하남 출장안마 Casinos. Casino. The 속초 출장샵 Grand 전주 출장샵 Circus Casino Hotel.